Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011: 1). Penelitian merupakan cara ilmiah, artinya penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, empiris, dan sistematis. Rasional artinya kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris artinya cara-cara yang digunakan dalam penelitian itu teramati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang akan digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Salah satu penggolongan penelitian adalah penggolongan penelitian ke dalam penelitian kuantitatif. Prosedur untuk melakukan penelitian kuantitatif adalah gabungan antara prosedur berpikir deduktif dan prosedur berpikir induktif.
Prosedur berpikir deduktif mengacu pada prinsip silogisme, yang mengatakan bahwa, jika premis-premis yang dikemukakan benar, maka kesimpulan yang diturunkan dari premis-premis tersebut akan benar adanya. Prosedur berpikir deduktif memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif, pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada (teori koherensi).
Namun demikian, penjelasan yang bersifat rasional berdasarkan teori koherensi ini belum merupakan kesimpulan yang final, sebab sesuai dengan hakikat rasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu. Meskipun argumentasi secara rasional didasarkan kepada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan terdapat pilihan yang berbeda dari sejumlah premis ilmiah yang tersedia yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi. Oleh karena itu, kesimpulan yang dihasilkan dari prosedur berpikir deduktif tersebut disebut sebagai hipotesis. Hipotesis tersebut akan menjadi kesimpulan yang bersifat final apabila telah teruji di lapangan dengan menggunakan prosedur berpikir induktif.
Prosedur berpikir induktif mendasarkan kepada teori korespondensi yang menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya substansi yang terkandung dalam pernyataan tersebut bersesuaian (korespondensi) dengan objek faktual yang dituju oleh pernyataan tersebut. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila terdapat fakta-fakta empiris (data) yang mendukung pernyataan itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prosedur berpikir induktif ini merupakan pengujian apakah hipotesis yang telah dirumuskan bersesuaian dengan fakta-fakta di lapangan. Oleh karena itu penelitian kuantitatif sering disebut menggunakan proses logiko-hipotetiko-verifikatif.
Proses penelitian kuantitatif pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah berikut.
- Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya
- Penyusunan kerangka berpikir, yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengait.
- Perumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang substansinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
- Pengujian hipotesis, yang merupakan pengumpulan fakta-fakta (data) yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah fakta-fakta yang telah dikumpulkan, dengan metode tertentu, mendukung hipotesis atau tidak. Pada pengajuan hipotesis inilah pengetahuan dan pemahaman statistika diperlukan
- Penarikan kesimpulan, yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima (tidak ditolak).
Menurut Gray dalam (Budiyono, 2003: 14), ditinjau dari metodenya suatu penelitian dapat digolongkan menjadi, penelitian historis (historical research), penelitian deskriptif (deskriptive research), penelitian korelasional (correrational research), penelitian kausal komparatif (causal-comparative research), penelitian eksperimental (experimental research).
- Penelitian historis adalah penelitian yang berkaitan dengan pengkajian, pengertian, dan pemahaman kejadian-kejadian di masa lampau. Tujuan penelitian historis adalah mendapatkan kesimpulan mengenai permasalahan, pengaruh, atau kecenderungan di masa lampau yang diharapkan dapat membantu menjelaskan kejadian-kejadian masa kini dan mengantisipasi kejadian di masa mendatang. Contoh: Bagaimana cara pembuat candi borobudur untuk menguatkan dan merekatkan susunan batu pada bangunan candi tersebut.
- Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain. Contoh: Seberapa baik kinerja karyawan IKIP PGRI Bojonegoro, Bagaimana sikap Mahasiswa IKIP PGRI Bojonegoro terhadap fasilitas kampus
- Penelitian Korelasional/Asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menditeksi sejauh mana variansi-variansi pada variabel tertentu berkaitan dengan variansi-variansi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.. Dengan penelitian korelasional/asosiatif ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Contoh: Hubungan antara IQ siswa dengan prestasi belajar, Hubungan antara jarak rumah dengan motivasi belajar siswa
- Penelitian Kausal Komparatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan pertautan sebab-akibat dengan cara melakukan pengamatan terhadap akibat yang ada dan kemudian mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Contoh: perbandingan motivasi belajar mahasiswa IKIP PGRI Bojonegoro ditinjau dari asal SMA, Perngaruh NEM SMA terhadap IPK mahasiswa IKIP PGRI Bojonegoro.
- Penelitian Eksperimental adalah penelitian ilmiah di mana peneliti memanipulasi atau memberi perlakuan tertentu pada variabel bebas dan melakukan observasi terhadap variabel terikat untuk menemukan variansi yang muncul seiring dengan memanipulasi variabel bebas tersebut. Pada penelitian eksperimental dibedakan menjadi dua, yakni eksperimental semu dan eksperimental sungguhan. Penelitian eksperimental semu merupakan penelitian di mana peneliti memanipulasi atau memberi perlakuan tertentu pada beberapa variabel bebas saja dan melakukan observasi terhadap variabel terikat untuk menemukan variansi yang muncul seiring dengan memanipulasi variabel bebas tersebut dengan tujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimental sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasi semua variabel relevan. Contoh: Perbandingan prestasi belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan konvensional, eksperimentasi pendekatan Quantum Learning terhadap prestasi belajar matematika. Sedangkan penelitian eksperimental sungguhan adalah penelitian di mana peneliti memanipulasi dan/atau memberi perlakuan tertentu pada semua variabel bebas atau variabel relevan dan melakukan observasi terhadap variabel terikat untuk menemukan variansi yang muncul seiring dengan memanipulasi dan/atau pengontrolan variabel bebas atau variabel yang relevan tersebut.
No comments :
Post a Comment