Pages

Blogger News

.

Monday, May 11, 2015

Pengujian Hipotesis Deskriptif (Satu Sampel)


         Menurut (Budiyono, 2009: 141), “hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan mengenai ukuran (misalnya rerata atau variansi) yang ada dalam suatu populasi”. Pengujian hipotesis deskriptif pada dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel. Kesimpulan yang dihasilkan nanti adalah apakah hipotesis yang diuji itu dapat digeneralisasikan atau tidak. Bila H0 diterima berarti dapat digeneralisasikan. Dalam pengujian ini, variabel penelitiannya bersifat mandiri, oleh karena itu hipotesis penelitian tidak berbentuk perbandingan ataupun hubungan antar dua variabel atau lebih.
           Pada umumnya orang mengelompokkan hipotesis menjadi dua jenis, yaitu hipotesis nol (null hypotesis) dan hipotesis alternatif (alternative hypothesis). Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan atau tidak adanya korelasi (hubungan). Sebaliknya hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan atau adanya korelasi. Hipotesis nol dilambangkan dengan H0. Hipotesis alternatif dilambangkan dengan H1 atau HA.
           Tentu saja kebenaran seratus persen mengenai hipotesis tidak pernah diketahui, kecuali kalau penelitian dikenakan kepada seluruh anggota populasi. Hal ini mengisyaratkan bahwa sanggat mengkin ketika diuji pada sampel tertentu suatu hipotesis diterima kebenarannya, namun sesungguhnya tidak demikian jika dikenakan kepada populasinya. Di sinilah peran pentingnya penarikan sampel yang representatif dari populasinya. Kesalahan penarikan kesimpulan pada uji statistik dapat saja salah kalau dikonfrontasikan kepada seluruh anggota populasi. Artinya, H0 yang ditolak pada suatu uji statistik, dapat sja pada populasinya H0 tersebut benar. Atau sebaliknya, pada uji statistik H0 diterima, tetapi kenyataannya pada populasinya H0 tersebut salah. Pada uji statistika kesalahan penarikan kesimpulan tersebut seng disebut sebagai
  1. Kesalahan tipe I adalah kesalahan yang terjadi ketika peneliti menolak hipotesis nol, pada hal seharusnya hipotesis nol tersebut benar.
  2. Kesalahan tipe II adalah kesalahan yang terjadi ketika peaneliti menerima hipotesis nol, pada hal seharusnya hipotesis nol tersebut tidak benar. 
         Peluang terjadinya kesalahan tipe I dilambangkan dengan α dan disebut tingkat signifikasi uji tersebut. Di sisi lain, peluang terjadinya kesalahan tipe II dilambangkan dengan β. Kuantitas (1- β) disebut kekuatan atau daya (power) uji hipotesis tersebut. Pada pengujian hipotesis sangat diinginkan untuk memperoleh baik α maupun β yang kecil.
Pada umumnya uji hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah:
  1. Rumuskan H0 dan H1.
  2. Tentukan taraf signifikansi, yaitu α yang akan dipakai untuk uji hipotesis.
  3. Pilihlah statistik uji yang cocok untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
  4. Hitunglah nilai statistik uji berdasarkan data observasi yang diperoleh dari sampel.
  5. Tentukan nilai kritis dan daerah kritis berdasarkan tingkat signifikansi yang telah ditetapkan.
  6. Tentukan keputusan uji mengenai H0, yaitu H0 ditolak atau H0 diterima.
  7. Tulislah kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh.

No comments :

Post a Comment